Kemajuan Teknologi ternyata tidak selamanya membawa dampak
positif dan itulah yang terjadi dengan tempat kelahiranku. Aku lahir di Sebuah desa
yang indah dan damai di kecamatan bagelen kabupaten purworejo jawa tengah. Terlahir
sebagai anak pertama dari 3 bersaudara disebuah keluarga yang kurang mampu
tepatnya di dusun kahuripan desa kalirejo. Di awal tahun 90 an aku Tinggal di rumah kecil dengan lampu minyak dan petromak jadi penerangan dimalam
hari. Yah waktu itu memang listrik belum masuk di desaku jadi kalau malam hari sehabis
magrib diluar rumah sudah gelap. Lain ceritanya kalau bulan purnama pada waktu
itu aku dan teman-teman sering bermain bitungan (petak umpet), sudamanda, cul gicul (kejar
kejaran), kelereng dan banyak permainan tradisional yang kami mainkan dimana saat ini sudah tidak dimainkan lagi oleh anak- anak sekarang. Sementara
orang tua duduk di teras rumah menyaksikan kami bermain. Sungguh bahagia rasanya waktu itu apalagi orang tuaku sangat perhatian dan mau berkorban apa saja untuk anak-anaknya.
Di selatan rumahku ada pertigaan menuju soko agung dan
kedung menjangan serta sebuah pasar yang sangat terkenal dimasa kecilku dulu
yaitu pasar kahuripan. Sejak jam 4 pagi sudah terdengar ramai suara orang dari soko
agung dan kedung menjangan berjalan menggunakan obor menuju pasar kahuripan untuk
menjual hasil buminya. Waktu itu pasar kahuripan adalah tempat transit orang
sebelum melanjutkan perjalanan ke pasar krendetan dan jenar karena di pasar
inilah tempat dokar mangkal berjajar hingga ratusan meter. Saat itu dokar
adalah satu-satunya angkutan umum yang ada di desaku.
Segala macam
kebutuhan sehari-hari bisa kita beli di pasar ini mulai dari sayuran, ikan
segar, daging, tempe, tahu hingga berbagai makanan siap saji seperti bubur,
lotek, galundeng, onde-onde, bakwan, geblek, growol, cenil, getuk lindri dan
berbagai macam makanan tradisional ada disini. Soal harga kalau tidak salah hanya
dengan uang 50 perak kita sudah bisa mendapatkan sebungkus bubur nikmat. Disana
Ada juga tempat potong rambut pak minu tempat jual mainan anak-anak mbah kopral
serta bu sinden yang menjual wayang kulit saat musim lebaran tiba. Pada saat
musim buah seperti durian, manggis, mundung, kokosan dan berbagai macam buah
lain bisa dengan mudah kita dapatkan disini dengan harga murah. Tidak bisa
dilukiskan betapa ramainya pasar itu dimasa lalu, hingga pukul 11 siang barulah
orang mulai berangsur-angsur pulang kerumah masing-masing.
Kini semuanya berbanding 180 derajat pasar kahuripan yang
dulu ramai berangsur-angsur mulai sepi. Sekarang orang lebih memilih langsung
menjual hasil buminya ke kota purworejo / pasar krendetan. Hal ini dikarenakan
sudah banyak mobil transportasi yang bisa mengantar langsung ke sana. Bahkan keberadaan
dokarpun sudah menjadi barang antik yang sulit ditemukan lagi. Penjual
yang masih bertahan hanya beberapa saja
karena banyak yang sudah pergi meninggalkan dunia ini. Bahkan yang lebih tragis banyak rumah yang sudah rata dengan tanah karena ditinggal penghuninya. Hal ini dikarenakan Generasi muda lebih
banyak yang memilih pergi mengadu nasib diluar kota dari pada bertahan disana begitu juga dengan diriku yang terdampar di karawang jawa barat.
Jauh
dilubuk hatiku ingin rasanya kenangan indah dimasa lalu itu terulang kembali dimasa mendatang
tapi kapan…..????. Merinding rasanya membaca syair lagu desaku yang kucinta disalah satu blok tetangga
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
dan handaitaulanku
Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai…
by dayat